Kamis, 22 Desember 2016

Manja Sus: Masih Banyak warga Sumbawa Tidak Punya Sawah


Anggota Komisi I DPRD Nusa Tenggara Barat (NTB), Manja Sus mengatakan, hingga kini masih banyak warga Kabupaten Sumbawa yang tidak memiliki sawahb garapan atau lahan pertanian, guna meningkatkan kesejahteraannnya.

“Sehingga mereka kebanyakan sebagai petani penggarap, sementara luas areal tanah di Kabupaten Sumbawa melebihi areal tanah di Pulau Lombok,” katanya di Mataram.

Untuk itu, kata politisi dari Fraksi Partai Golkar, seharusnya pemerintah segera membagikan tanah tersebut ketimbang terlantar begitu saja atau mubazir, bahkan ratusan hektare tanah di Kabupaten Sumbawa diterlantarkan oleh investor.

Investor membeli tanah ratusan hektare dengan alasan untuk investasi guna membangun berbagai sarana termasuk perhotelan, namun ternyata setelah tanah tersebut dibebaskan, bertahun-tahun tidak digubris.

Manja Sus yang dilantik sebagai anggota DPRD NTB Pengganti Antara Waktu (PAW) pada 15 Nopember 2013 itu mengatakan, jika tanah tersebut dibagikan kepada rakyat miskin untuk digarap baik sebagai lahan pertanian, peternakan maupun perkebunan, maka manfaatnya akan lebih besar.

Dalam memberikan tanah kepada masyarakat pemerintah harus menyertakan dengan sertifikat, sehingga tanah tersebut memiliki kekuatan hukun, sebab ada program pemerintah dalam hal ini adalah Prona.

Dikatakan, Komisi I DPRD NTB menangani berbagai bidang seperti bidang perizinan pertanahan, pemerintahan umum, hukum, keamanan, ketertiban, sosial politik, komimfo dan pers, kepegawaian, Sospol dan organisasi kemasyarakatan serta Pemilu dan Pemilukada.

Berbicara tentang Pemilu yang kini sudah ambang pintu, dia menjelaskan, untuk meraih suara terbanyak atau simpati dari masyarakat tidak perlu menghalalkan segala cara, sebab semua itu akan membawa mudarat dikemudian hari.

Disamping itu, kita hindari yang namanya politik uang, karena hal ini kurang mendidik kepada masyarakat sementara para elit poltik tidak perlu n memanas-manasi atau mengompori masyarakat, sehingga terjadi perpecahan.

Menjawab pertanyaan, apakah masih ada gara-gara beda berdera atau partai lalu terjadi perpecahan diantara warga, dia menjawab masih, namun tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, karena tingkat kesadaran politik masyarakat kini mulai meningkat.

“Yang membuat masyarakat terpecah belah terkadang dalam membuat sepanduk bunyinya sangat ekstrim, misalnya “Anda Telah Masuk Dikawasan Pendudkung Caleg H Baderun dan lainnya,” kata Manja Sus yang kini ikut mencalonkan diri sebagai anggota DPRD NTB Pemilu 2014 dari dapil empat yang meliputi Alas barat, Alas, Bueh dan Utan Rhee.

Yang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang ini adalah subsidi, seperti subsisi untuk warga miskin, nelayan, jompo, petani dan tukang ojek dan kusir cidomo.

Untuk nelayan dalam memberikan subsidi tidak perlu dengan uang, tapi diberikan jaring, sampan dan mesih, untuk pengojek diberikan ban sepeda motor, kusir cidomo juga diberikan ban.

“Untuk subsidi ban cindomo tersebut sekali diberikan bisa bertahan hingga lima tahun, sementara untuk petani diberikan alat membaja hend traktor, dengan demikian mereka akan lebih sejahtera dan saya akan perjuangkan itu,” tegasnya.

Politisi Jalan Udayana yang berambut gondrong tersebut lahir pada 15 Agustus 1945 di Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dan selalu menjadi perhatian baik para anggota dewan maupun undangan saat bertugas menyampaikan pemandangan fraksi pada sidang paripurna dewan.

Sumber: gaungntb