Senin, 05 Desember 2016
Eksisnya Dunia Pendidikan, Sumber Daya Manusianya Berkurang (Pertanian Sumbawa)
Perubahan paradigma sekarang ini cenderung menganggap dunia pertanian itu dunia kuno, dunia zaman dahulu kala. Sementara kalau kita melihat negara kita adalah merupakan negara berkembang dalam bidang industri pertanian tentunya semua mahasiswa yang menuntut ilmu sudah harus mendapatkan pekerjaan.
Sumbawa merupakan salah satu daratan pertanian di indonesia yang penduduknya 85% adalah petani dalam “orang tuanya saja”. Tapi apakah anak-anaknya bisa dikatakan petani, dan rill kenyataannya adalah bahwa majunya dunia pendidikan sekarang memacu keinginan masyarakat khususnya para orang tua untuk dapat menyekolakan anaknya. Tapi banyak sekarang ini pengangguran terselubung, pengangguran terselubung itu adalah remaja, putri, parubaya yang belum bekerja (bekerja di Pabrik,di Pemerintahan, Bank).
Pemuda, remaja, dan parubaya Menjadi tidak punya pekerjaan tetapi kalau ditanya pasti dijawab “KTP saya petani” Menghilangnya Tenaga produktif pertanian dikarenakan kurangnya minat pemuda sumbawa menggeluti dunia pertanian dan sektor pertanian tidak menjanjikan. Mari kita lihat atau kita bandingkan saja buruh tani yang umurnya 19-27 tahun sudah jarang lagi terllibat dalam kegiatan pertanian. Dan kalau kita tanya apakah mereka masih bujang,? Jawabannya tidak” semua petani yang menggarap usaha tani di sumbawa sekarang ini sudah status berkeluarga, sesunggunya sumber daya manusia yang ada di sumbawa ini dikuasai hampir 60% oleh anak muda, remaja dan parubaya sehingga tenaga produktif (petani muda) semakin berkurang seiring dengan tingginya minat pemuda, remaja mengejar pendidikan.
Parameter berkurangnya tenaga produktif pertanian di sumbawa yaitu (1) pada musim panen padi saja, kita harus mendatangkan buruh dari wilayah lain misalnya lombok, bali dan bima (2) tanam padi juga bukan buruh asli dari daerah tersebut (3) minat pendidikan yang tinggi. Dari kondisi yang kita lihat itu apakah betul manusianya di sumbawa kurang, maka jawabannya adalah semua anak muda sumbawa tidak tertarik dengan dunia pertanian. Apa yang salah dari kondisi tersebut? Yang salah adalah orang tua yang menganut pemahaman seperti ini: “kamu jangan menjadi petani seperti saya itu bodoh” dari keadaan itu kita tahu pemahaman tersebut dapat merubah cara pandang berpikir ana-anak muda bahwa sekolah itu harus jadi polisi, dokter, pilot, guru, dan ahli pertambangan. Jadi mereka melupakan budaya dan kearipan lokal sumbawa. Kalau kita bahasakan sekarang, daerah yang hilang budayanya/degradasi yaitu Sumbawa.
Jadi permasalahannya terkait dengan berkurangnya tenaga produktif disektor pertanian atau terdegradasinya budaya kearipan lokal yang jauh dari budaya sumbawa tidak lepas juga dengan peran serta pemerintah misalnya dalam menciptakan peluang kerja dalam bidang pertanian tentunya, dengan iming-iming upah yang tinggi dan tidak kalah dengan sektor-sektor lain. Pemerintah juga harus bisa mengatur regulasi keluar masuknya produk pertanian. Bila tidak diatur regulasinya, barang yang datang dari lombok ,bima dan bali itu lebih murah dibanding produk yang dihasilkan oleh petani sumbawa, yang membuat pemuda, remaja dan parubaya tidak tertarik dengan sektor pertanian. Kalau diatur regulasinya barang masuk dari luar dan dalam daerah sumbawa, maka setiap pasar besar akan memacu ketertarikan dalam memasarkan barang produk pertanian. Kalau tidak begitu, jelas tidak bisa.
Sebab apapun pekerjaan di sektor pertanian itu ujungnya adalah pasar. Karena benefit cos dari usaha pertanian di sumbawa sekarang ini baik itu holtikultura, tanaman pangan dan perkebunan itu adalah 1 : 1 malahan masuk 1 keluar 2 bagaimana petani bisa untung dalam berusaha tani. Pemerintah harus benar-benar bisa memarking barang-barang masuk jangan sampai bebas, tapi walaupun bebas, diusahan produk itu harus berada di sumbawa misalnya gabah, produksi gabah di sumbawa selama 1 tahun bisa mencapai 1 juta ton tapi disaat sekarang (tidak musim panen) begitu kita tanya petani tentang cadangan pangan yang ada di rumahnya? Berapa kg beras saja!! gabahnya 0.0 terus yang 1 juta ton kemana? Jadi kembali ke regulasi bahwa pemerintah harus benar-benar serius menyikapi masalah pertanian di sumbawa. Dan juga dapat menarik investor sebanyak mungkin untuk dapat meningkatkan industri pertanian dari hulu sampai hilir guna memfasilitasi petani-petani sumbawa dalam melakukan usaha taninya. Dan lembaga pendidikan agar dapat berperan aktif dalam mencetuskan manusia-manusia cerdas dan mempunyai minat tinggi dalam bidang pertanian sebagai pengelolah industri tersebut.
Sederhana berfikir, kenapa anak muda sumbawa menjauh dari dunia pertanian? Karena pertanian itu tidak menjanjikan, sementara yang dikatakan pengangguran terselubung yaitu orang yang tidak mau bekerja di sektor pertanian, mereka berpikir tentang kehidupan hari ini bukan lagi kehidupan bulan depan, kalau besok dia tidak bekerja berarti dia tidak makan sementara dunia pertanian tidak bisa demikian butuh waktu 2 bulan sampai 4 bulan. Jadi rentang waktu dari mulai usaha sampai hasil, ini yang menjadi musuh dan bumerang bagi setiap pemuda yang mau berada di dunia pertanian. Tapi banyak pemuda sumbawa yang tidak sadar bahwa semakin dia pergi dari dunia pertanian maka kebutuhan hidup semakin tinggi.
Oleh : Lutfi Ali, SP.
Koordinator Bidang Pertanian
Lembaga Lentera Samawa
Sumber: haqqussamawa
Foto: samawarea