Kamis, 22 Desember 2016
Manja Sus: Masih Banyak warga Sumbawa Tidak Punya Sawah
Anggota Komisi I DPRD Nusa Tenggara Barat (NTB), Manja Sus mengatakan, hingga kini masih banyak warga Kabupaten Sumbawa yang tidak memiliki sawahb garapan atau lahan pertanian, guna meningkatkan kesejahteraannnya.
“Sehingga mereka kebanyakan sebagai petani penggarap, sementara luas areal tanah di Kabupaten Sumbawa melebihi areal tanah di Pulau Lombok,” katanya di Mataram.
Untuk itu, kata politisi dari Fraksi Partai Golkar, seharusnya pemerintah segera membagikan tanah tersebut ketimbang terlantar begitu saja atau mubazir, bahkan ratusan hektare tanah di Kabupaten Sumbawa diterlantarkan oleh investor.
Investor membeli tanah ratusan hektare dengan alasan untuk investasi guna membangun berbagai sarana termasuk perhotelan, namun ternyata setelah tanah tersebut dibebaskan, bertahun-tahun tidak digubris.
Manja Sus yang dilantik sebagai anggota DPRD NTB Pengganti Antara Waktu (PAW) pada 15 Nopember 2013 itu mengatakan, jika tanah tersebut dibagikan kepada rakyat miskin untuk digarap baik sebagai lahan pertanian, peternakan maupun perkebunan, maka manfaatnya akan lebih besar.
Dalam memberikan tanah kepada masyarakat pemerintah harus menyertakan dengan sertifikat, sehingga tanah tersebut memiliki kekuatan hukun, sebab ada program pemerintah dalam hal ini adalah Prona.
Dikatakan, Komisi I DPRD NTB menangani berbagai bidang seperti bidang perizinan pertanahan, pemerintahan umum, hukum, keamanan, ketertiban, sosial politik, komimfo dan pers, kepegawaian, Sospol dan organisasi kemasyarakatan serta Pemilu dan Pemilukada.
Berbicara tentang Pemilu yang kini sudah ambang pintu, dia menjelaskan, untuk meraih suara terbanyak atau simpati dari masyarakat tidak perlu menghalalkan segala cara, sebab semua itu akan membawa mudarat dikemudian hari.
Disamping itu, kita hindari yang namanya politik uang, karena hal ini kurang mendidik kepada masyarakat sementara para elit poltik tidak perlu n memanas-manasi atau mengompori masyarakat, sehingga terjadi perpecahan.
Menjawab pertanyaan, apakah masih ada gara-gara beda berdera atau partai lalu terjadi perpecahan diantara warga, dia menjawab masih, namun tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, karena tingkat kesadaran politik masyarakat kini mulai meningkat.
“Yang membuat masyarakat terpecah belah terkadang dalam membuat sepanduk bunyinya sangat ekstrim, misalnya “Anda Telah Masuk Dikawasan Pendudkung Caleg H Baderun dan lainnya,” kata Manja Sus yang kini ikut mencalonkan diri sebagai anggota DPRD NTB Pemilu 2014 dari dapil empat yang meliputi Alas barat, Alas, Bueh dan Utan Rhee.
Yang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang ini adalah subsidi, seperti subsisi untuk warga miskin, nelayan, jompo, petani dan tukang ojek dan kusir cidomo.
Untuk nelayan dalam memberikan subsidi tidak perlu dengan uang, tapi diberikan jaring, sampan dan mesih, untuk pengojek diberikan ban sepeda motor, kusir cidomo juga diberikan ban.
“Untuk subsidi ban cindomo tersebut sekali diberikan bisa bertahan hingga lima tahun, sementara untuk petani diberikan alat membaja hend traktor, dengan demikian mereka akan lebih sejahtera dan saya akan perjuangkan itu,” tegasnya.
Politisi Jalan Udayana yang berambut gondrong tersebut lahir pada 15 Agustus 1945 di Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dan selalu menjadi perhatian baik para anggota dewan maupun undangan saat bertugas menyampaikan pemandangan fraksi pada sidang paripurna dewan.
Sumber: gaungntb
Rabu, 21 Desember 2016
Upaya Peningkatan Produktivitas Kedelai di Lahan Sawah dan Lahan Kering di NTB
Untuk meningkatkan produksi kedelai melalui intensifikasi dan perluasan areal panen, kita mempunyai beragam jenis lahan dan varietas yang bila dapat dimanfaatkan dengan optimal yang akan mampu meningkatkan produksi untuk mencapai swasembada.
Berbagai jenis lahan yang tersedia untuk pengembangaan kedelai diantaranya adalah lahan sawah, tegal, kering beriklim kering, kering masam, pasang surut, dan perkebunan muda. Untuk mencapai swasembada kedelai, luas areal panen kedelai yang kini hanya sekitar 700 ribu ha perlu diperluas hingga dapat mencapai sekitar 1,5 juta ha, dengan tingkat produktivitas 1,75 t/ha.
Luas lahan kedelai di Nusa Tenggara Barat (NTB) selama 6 tahun terakhir (2008−2014) relatif stabil yaitu antara 70.000 ha sampai 85.000 ha dengan produksi berkisar 90.000 ton. Varietas yang banyak digunakan di NTB adalah Anjasmoro, Burangrang dan Wilis. Rencana pengembangan kedelai nasional dilaksanakan di NTB. Untuk meningkatkan produktivitas dan produksi kedelai di NTB, pada tahun 2016 direncanakan luas tanam 86.494 ha, luas panen 82.375 ha ,dengan tingkat produktivitas 19,19 kw/ha dan produksi 158.043 ton.
Upaya pencapaian target peningkatan produktivitas tanaman kedelai cukup berat, dan oleh karena itu Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengadakan pelatihan Peningkatan Produksi Kedelai bagi penyuluh pertanian se Provinsi NTB.
Pelatihan diselenggarakan di Balai Diklat Pertanian Provinsi NTB pada tanggal 19‒25 Juli 2016, pelatihan diikuti oleh 30 orang penyuluh pertanian se Provinsi NTB.
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) mendapat suatu kehormatan dan kepercayaan untuk menjadi nara sumber dalam acara pelatihan tersebut, dengan materi “Budidaya Kedelai Spesifik Lokasi di Lahan Sawah dan Lahan Kering”.
Sebagai narasumber dipercayakan kepada peneliti muda Balitkabi Herdina Pratiwi, S.P., M.P. (peneliti budidaya kedelai), Alfi Inayati, S.P., M.P. (peneliti hama dan penyakit), yang didampingi Koordinator Penelitian Komoditas Kedelai Prof. Dr. Marwoto.
Pada kesempatan ini Tim Balitkabi menyerahkan file draft brosur Budidaya Kedelai di Lahan Sawah dan Budidaya Kedelai di Lahan Kering kepada Kepala Balai Diklat Pertanian Provinsi NTB untuk dikoreksi dan diperbanyak sebagai bahan penyuluhan.
Disamping itu, kepada para penyuluh peserta pelatihan dibagikan buku: (1) Budidaya Kedelai di Berbagai Agroekosistem, (2) Identifikasi Hama, Penyakit dan Kahat Hara pada Tanaman Kedelai dan Cara Pengendaliannya, dan (3) Prinsip-prinsip Produksi Benih Kedelai.
![]() |
Peneliti Muda Balitkabi sebagai nara sumber Budidaya Kedelai di Pelatihan Diklat Penyuluh di Balai Diklat Pertanian di Nusa Tenggara Barat. |
Kamis, 15 Desember 2016
Jagung dan Potensi Kesuksesan Petani Kabupaten Sumbawa
Sejahtera dan bahagia adalah tujuan hidup yang tak pernah lepas dari manusia. Hal itu pula yang menjadi cita dan asa dari para petani. Dalam rangka memenuhi keinginan menjadi sejahtera dan bahagia, petani melakukan aktifitasnya sebagai petani, baik secara konvensional, semi modern bahkan sampai ke tingkat modern.
Dalam rangka mengelola lahan, sudah tidak diragukan lagi bahwa petani memiliki kemampuan, ditambah lagi dengan adanya petugas penyuluh lapangan (PPL) yang memiliki kompetensi yang cukup dalam membimbing petani. Namun, kecukupan ilmu para PPL belum dapat tersalurkan secara murni sehingga kemampuan petani menjadi lebih meningkat ke arah kepiawaian. Meskipun demikian bukan berarti PPL tidak memiliki hasil, tapi masih butuh metode dan energy untuk menjadikan petani mandiri sehingga mampu merajut asa menggapai cita menjadi sejahtera dan bahagia.
Dalam berbagai penyuluhan disampaikan bahwa tanaman jagung dapat membawa petani menuju kesejahteraan dan kebahagiaan tersebut, sehingga petani secara sadar melaksanakan apa yang telah disarankan dan ternyata hasilnya cukup memuaskan. Hasil tanaman jagung para petani sudah hampir mencapai nilai sempurna, karena rata-rata petani sudah mampu menghasilkan jagung > dari 8 ton per hektar. Sungguh mengejutkan, para petani merasa bangga dan mendapatkan kepuasan sementara. Tapi, lagi-lagi asa dan cita petani akan menjadi pupus tatkala para pembeli datang dan menawar hasil jagung dari para petani.
Tanpa disangka dan diduga-duga harga yang ditawarkan oleh pembeli berkisar antara Rp. 1.800,- sampai Rp. 2.400,- per kilogram. Harga yang sungguh jauh dari perkiraan, tahun lalu kisaran harganya antara Rp. 2.200,- sampai Rp. 2.800,- per kilogramnya.
Kalau kita menghitung nilai ekonominya maka didapatkan Break Event Point (BEP) atau nilai balik modal dalam pertanian tanaman jagung adalah :
Sewa lahan
Rp 1,000,000
Pembersihan lahan
Rp 750,000
Herbisida 1
Rp 200,000
Bibit
Rp 1,600,000
ZPT
Rp 170,000
Penanaman
Rp 800,000
Pupuk dasar
Rp 200,000
Herbisida 2 Selektif
Rp 330,000
Pupuk susulan 1
Rp 200,000
Insektisida, pestisida, fungisida
Rp 120,000
Pupuk susulan 2
Rp 300,000
Herbisida 3
Rp 120,000
Ongkos pemupukan dan penyemprotan
Rp 500,000
Pemanenan
Rp 2,000,000
Bunga pinjam modal
Rp 560,000
BEP
Rp 8,850,000
Rata-rata nilai jual
Rp 2,100,000
Rata-rata hasil (Ton) 8
Hasil jual Rp 16,800,000
Sisa penjualan Rp 7,950,000
Penghasilan per bulan (6 bln) Rp 1,325,000
Belum lagi ditambah dengan penyusutan peralatan.
Maka dapat disimpulkan dengan nilai penghasilan tersebut petani belum mampu meningkatkan kesejahteraannya. Oleh karena itu perlu kiranya pemerintah memberi perhatian khusus terhadap nilai jual hasil pertanian tersebut.
Sumber: haqqussamawa
Foto: kabarsumbawa
Sabtu, 10 Desember 2016
Produktivitas Jagung Komposit Berpengairan Sprinkler Sebagai Pangan dan Pakan Di Lahan Kering Iklim Kering Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat memiliki lahan kering sekitar 1,8 juta ha, tetapi yang baru dimanfaatkan sebesar 30%. Jagung merupakan tanaman yang cukup adaptif dikembangkan di lahan kering namun produktivitas beberapa varietas jagung komposit berpengairan sprinkler sebagai pakan dan pangan yang ditanam pada musim kemarau.
Penelitian dilakukan di lahan petani yang ditata dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok menggunakan enam varietas jagung (Srikandi Putih, Srikandi Kuning, Lagaligo, Lamuru, Anoman dan Arjuna) yang diulang tiga kali. Parameter agronomi yang diamati selanjutnya dianalisis menggunakan analisis keragaman (ANOVA) dan analisis ekonomi.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi ranaman, tinggi letas tongkol dan hasil biji, sedangkan jumlah tanaman panen, jumlah tongkol panen dan redemen biji tidak dipengaruhi secara nyata oleh varietas. Varietas Lamuru memiliki hasil tertinggi yaitu 8,266 t/ha, kemudian diikuti oleh varietas Arjuna sebesar 7,540 t/ha, sedangkan terendah dihasilkan oleh varietas Lagaligo sebesar 6,117 t/ha. Daya dukung biomas jagung terhadap pakan ternak sapi Bali di lokasi pengkajian melebihi dari jumlah sapi yang dipelihara petani saat ini (2 ekor).
Daya dukung biomas jagung yang tertinggi diperoleh pada varietas jagung Lagaligo (tanpa tongkol) namun hasilnya rendah dengan diikuti oleh varietas Srikandi Kuning, Lamuru dan Anoman dan yang paling rendah adalah varietas Srikandi Putih dan Arjuna. Berdasarkan hasil penelitian ini, varietas yang dianjurkan untuk ditanam pada lahan kering iklim kering berpengairan sprinkler adalah Lamuru atau Srikandi Kuning.
Sumber: litbang
Foto: tipspetani
Temu Lapang Pengembangan Sistem Usahatani Ayam Kampung Unggul Badan Litbang Pertanian (KUB) Mendukung Swasembada Daging Ayam Di NTB
Dalam tiga tahun terakhir, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat (BPTP NTB) telah mengembangkan kajian usahatani Ayam Kampung Unggul Badan Litbangtan (ayam KUB). Kegiatan pengembangan ini bertujuan untuk mendapatkan model sistem usahatani ayam KUB secara berkelanjutan dalam mendukung program pengembangan “Kampung Ternak Unggas di NTB.”
Salah satu kegiatan pengembangan ayam KUB ini telah belangsung sekitar hampir satu tahun di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
Dalam rangka menyebar luaskan informasi hasil pengkajian ini kepada masyarakat yang lebih luas, BPTP NTB menyelenggarakan Temu Lapang Pengembangan ayam KUB pada hari Selasa (29/11/2016) di pondok pertemuan kelompok tani Tiu jati, Dusun Jero Bunut, Desa Truwai, Kec.Pujut, Kab. Lombok Tengah. Peserta yang hadir dalam acara temu lapang berjumlah 95 orang yang terdiri dari Kepala Bidang Budidaya dan Produksi Ternak yang mewakili Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, Kepala Bidang Produksi Ternak yang mewakili Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah, Bapeluh Kabupaten Lombok Tengah, Kepala BP3K dan penyuluh di 4 (empat) kecamatan di Kab.Lombok Tengah, Dandim Kecamatan Pujut, Kepala Desa Truwai, Kepala Dusun Jero Bunut dan 2 (dua) kelompok peternak kooperator (Kelompok Tui Jati) dan (Kelompok Muamalat) serta ketua kelompok peternak ayam yang berada di sekitar Desa Truwai,
Acara diawali dengan sambutan oleh Kepala BPTP NTB yang diwakili oleh Ir. M.Sofyan Souri yang menyampaikan bahwa peluang usaha ayam kampung cukup besar, mengingat adanya permintaan untuk memenuhi kebutuhan kuliner “Ayam Taliwang”. Kuliner ini sudah dikenal secara Nasional maupun Internasional terutama oleh orang-orang yang pernah berwisata ke NTB. Lebih lanjut disampaikan bahwa Pulau Lombok telah dikukuhkan sebagai destinasi Wisata Halal dalam lingkup Internasional yang membawa pengaruh positif terhadap pertambahan jumlah wisatawan manca Negara. Sehingga diharapkan ke depan Kelompok Tui Jati dan Kelompok Muamalat bersama para anggoatanya dapat terus mengembangkan usaha ayam kampung untuk memanfaatkan peluang pasar ini. Di samping itu diharapkan kelompok-kelompok ini dapat menjadi tempat belajar bagi kelompok peternak lainnya, sehingga dapat menginformasikan teknologi pemeliharaan ayam KUB.
Selanjutnya dalam kesempatan yang sama Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB yang diwakili oleh Kepala Bidang Produksi Ternak, H. Iskandar Zulkarnaen, SPt menyampaikan sambutan sekaligus membuka secara resmi acara Temu Lapang tersebut. Dalam sambutannya H. Iskandar menyampaiakan bahwa kegiatan ini merupakan aktivitas bersama antara Disnak Provinsi NTB, Distannak Kabupaten Lombok Tengah dan BPTP NTB, dengan masing-masing menjalankan tupoksinya.
Pada acara Temu Lapang ini juga diserahkan bantuan berupa satu unit mesin tetas otomatis dengan kapasitas 480 butir berasal dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah yang diserahkan oleh Kepala Bidang Produksi Ternak, Drh. Adjar Sapto Utomo kepada ketua kelompok Tui Jati, Bapak Sandi.
Dalam kesempatan tersebut Adjar Sapto Utomo menyampaikan bahwa keunggulan ayam KUB adalah terutama pada pertumbuhannya sedangkan produksi telur masih berada di bawah potensi produksi ayam Arab. Oleh karena itu peternak dapat menentukan pilihannya apakah akan memelihara ayam Arab atau ayam KUB, karena msing-masing memiliki kelebihan dan kekurangnnya. Pada dasarnya masuknya ayam KUB bukan menjadi pesaing ayam Arab yang telah lebih dahulu dikenal oleh peternak di Teruwai, justru keberadaan ayam KUB dapat meningkatkan potensi usaha ayam buras di desa Teruwai sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat.
Pada akhir acara peserta temu lapang mendapat kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan, komentar atau saran terkait dengan kegiatan temu lapang. Beberapa pertanyaan dari peserta temu lapang diantaranya adalah masalah bibit ayam KUB dan penyakit yang sering menyerang ayam terutama pada saat pergantian musim. Selain itu juga Peserta membutuhkan informasi dimana mendapatkan bibit (DOC) ayam KUB.
Sumber: litbang
Selasa, 06 Desember 2016
Dinas Pertanian NTB Usul Tambahan Pupuk Petani
Petani di kabupaten/kota di NTB terutama di Kabupaten Sumbawa kerap mengalami kekurangan pupuk. Biasanya ini terjadi saat menjelang musim tanam. Padahal pemerintah daerah melalui leading sector terkait sudah mengalokasikan pupuk namun masih saja kekurangan pupuk ini tetap terjadi. Kondisi tersebut menjadi perhatian Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Propinsi NTB, Ir H Mokhlis M.Si, Sabtu (4/4).
Menurut figur yang digadang menjadi calon Bupati Sumbawa ini, kekurangan pupuk yang terus terjadi disebabkan karena pemerintah daerah tidak mendesain perencanaan yang benar dan akurat mengenai potensi kebutuhan masyarakat. Saat ini Pemprov NTB mendapat subsidi pupuk sebanyak 145 ton berdasarkan kebutuhan yang disampaikan kabupaten/kota di NTB. Namun setelah dikalkulasikannya, ternyata kebutuhan pupuk untuk 10 kabupaten/kota tersebut mencapai 170 ribu ton per tahun. Artinya terjadinya kekurangan kebutuhan sekitar 25 ribu ton. Kekurangan ini telah diupayakan Distan Propinsi dengan mengusulkan tambahan ke pusat. Karena itu untuk kebutuhan pupuk ke depan, Distan NTB akan mendorong Pemda di 10 kabupaten/kota untuk mendesain perencanaan yang benar dan akurat sesuai potensi kebutuhan masyarakat. “Jangan sampai terulang karena kesalahan desain perencanaan akan menyebabkan terjadinya kekurangan pupuk,” kata Haji Mokhlis—sapaan pejabat ramah ini.
Penyebab lainnya, sebut Haji Mokhlis, lambatnya permintaan. Harusnya permintaan pupuk ini harus lebih awal dari musim hujan. “Teman-teman di perusahaan pupuk sudah siap mendropingnya asalkan permohonan kita jauh lebih awal. Kalau musim sekarang pupuk tidak ada masalah. Yang menjadi masalah saat musim hujan,” ujarnya.
Solusi lain mengatasi kekurangan pupuk terutama di Sumbawa, lanjut Mokhlis, adalah menjadikan Pelabuhan Badas sebagai pusat pendistribusian pupuk curah. Selama ini pendistribusian pupuk ke Pulau Sumbawa karena terhambat proses pengepakan (pengarungan) dan proses lainnya. Tidak jarang pengiriman melalui jalur laut selalu datang terlambat. Ia mengaku telah mengajak Dirut Pupuk Indonesia, Ir Arifin dan Dirut Pupuk Kaltim, Rianto, meninjau pelabuhan bongkar muat tersebut saat berkesempatan menghadiri Panen Raya di Desa Poto Kecamatan Moyo Utara belum lama ini. Hasil kunjungan ini, pihak pupuk tersebut menilai Pelabuhan Badas cukup memungkinkan untuk tempat tujuan pendistribusian pupuk curah. “Biar di pelabuhan ini saja proses pengarungan pupuk, kemudian disuplay ke kabupaten/kota di Pulau Sumbawa,” ungkap Mokhlis.
Sejumlah persoalan yang menjadi penyebab kekurangan pupuk di daerah harus segera diretas. Tentunya pendistribusian pupuk harus tepat waktu dan tepat jumlah. Sebab tanpa pupuk, 40 persen produksi pertanian akan menyusut.
Capai Target
Terpenuhinya kebutuhan pupuk ini sangat erat kaitannya dengan upaya Pemprov NTB untuk memenuhi target capaian 2,29 juta ton gabah kering giling (GKG), jagung 1 juta ton, dan kedelai 122 ribu ton pada Tahun 2015 ini.
Haji Mokhlis mengaku optimis mampu memenuhi target tersebut. Selain kelancaran pendistribusian pupuk dengan jumlah sesuai desain perencanaan yang benar, Distan NTB memiliki berbagai program pertanian menyusul pengalokasian dana APBN sebesar Rp 500 miliar untuk para petani. Seperti program pembangunan dan pembenahan jaringan irigasi, optimasi lahan dan bantuan peralatan (mekanisasi) pertanian. Dana tersebut langsung masuk ke rekening kelompok dan dikelola sendiri oleh para petani. “Kami memiliki semua kebutuhan petani, silakan petani mengajukan kebutuhannya, insha Allah akan kami penuhi, karena kami ingin tidak ada satupun petani yang tidak tersentuh teknologi pertanian,” tandasnya.
Dinas Pertanian juga menyiapkan bantuan pendampingan dari TNI dan UNRAM. Pihaknya akan merekrut beberapa mahasiswa dan sarjana yang konsen terhadap pertanian untuk dijadikan tenaga pendamping sehingga program tersebut berjalan secara maksimal dan hasilnya sesuai harapan semua pihak.
Dana APBN Dominan untuk Sumbawa
Untuk diketahui dana APBN senilai Rp 500 miliar yang digelontorkan melalui Dinas Pertanian Provinsi NTB sebagian besar dialokasikan untuk petani di Kabupaten Sumbawa yakni mencapai lebih dari Rp 120 miliar. Ini karena secara proporsional, Sumbawa memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas dibandingkan kabupaten/kota lainnya.
Di samping yang alokasi dana yang besar, lanjut Haji Mokhlis, belum lama ini Sumbawa dijadikan sebagai pusat tempat Pertemuan Koordinasi POPT-PHP se NTB dan Pemantapan Metode Pengamatan OPT dihadiri 120 orang utusan 10 kabupaten/kota di NTB. Pertemuan ini dilaksanakan untuk mengantisipasi kekeringan dan penyakit tanaman akibat hama. Pasalnya ramalan Badan Meteorology dan Geofisika (GMG) bahwa musim kemarau tahun ini akan lebih cepat daripada tahun sebelumnya. Untuk antisipasi penyakit dan serangan hama, Distan NTB memiliki stok obat dan alat yang cukup, serta menyiapkan pasukan yang tergabung dalam Brigade Proteksi yang siap mengatasi kondisi tersebut.
Sumber: samawarea
Senin, 05 Desember 2016
Eksisnya Dunia Pendidikan, Sumber Daya Manusianya Berkurang (Pertanian Sumbawa)
Perubahan paradigma sekarang ini cenderung menganggap dunia pertanian itu dunia kuno, dunia zaman dahulu kala. Sementara kalau kita melihat negara kita adalah merupakan negara berkembang dalam bidang industri pertanian tentunya semua mahasiswa yang menuntut ilmu sudah harus mendapatkan pekerjaan.
Sumbawa merupakan salah satu daratan pertanian di indonesia yang penduduknya 85% adalah petani dalam “orang tuanya saja”. Tapi apakah anak-anaknya bisa dikatakan petani, dan rill kenyataannya adalah bahwa majunya dunia pendidikan sekarang memacu keinginan masyarakat khususnya para orang tua untuk dapat menyekolakan anaknya. Tapi banyak sekarang ini pengangguran terselubung, pengangguran terselubung itu adalah remaja, putri, parubaya yang belum bekerja (bekerja di Pabrik,di Pemerintahan, Bank).
Pemuda, remaja, dan parubaya Menjadi tidak punya pekerjaan tetapi kalau ditanya pasti dijawab “KTP saya petani” Menghilangnya Tenaga produktif pertanian dikarenakan kurangnya minat pemuda sumbawa menggeluti dunia pertanian dan sektor pertanian tidak menjanjikan. Mari kita lihat atau kita bandingkan saja buruh tani yang umurnya 19-27 tahun sudah jarang lagi terllibat dalam kegiatan pertanian. Dan kalau kita tanya apakah mereka masih bujang,? Jawabannya tidak” semua petani yang menggarap usaha tani di sumbawa sekarang ini sudah status berkeluarga, sesunggunya sumber daya manusia yang ada di sumbawa ini dikuasai hampir 60% oleh anak muda, remaja dan parubaya sehingga tenaga produktif (petani muda) semakin berkurang seiring dengan tingginya minat pemuda, remaja mengejar pendidikan.
Parameter berkurangnya tenaga produktif pertanian di sumbawa yaitu (1) pada musim panen padi saja, kita harus mendatangkan buruh dari wilayah lain misalnya lombok, bali dan bima (2) tanam padi juga bukan buruh asli dari daerah tersebut (3) minat pendidikan yang tinggi. Dari kondisi yang kita lihat itu apakah betul manusianya di sumbawa kurang, maka jawabannya adalah semua anak muda sumbawa tidak tertarik dengan dunia pertanian. Apa yang salah dari kondisi tersebut? Yang salah adalah orang tua yang menganut pemahaman seperti ini: “kamu jangan menjadi petani seperti saya itu bodoh” dari keadaan itu kita tahu pemahaman tersebut dapat merubah cara pandang berpikir ana-anak muda bahwa sekolah itu harus jadi polisi, dokter, pilot, guru, dan ahli pertambangan. Jadi mereka melupakan budaya dan kearipan lokal sumbawa. Kalau kita bahasakan sekarang, daerah yang hilang budayanya/degradasi yaitu Sumbawa.
Jadi permasalahannya terkait dengan berkurangnya tenaga produktif disektor pertanian atau terdegradasinya budaya kearipan lokal yang jauh dari budaya sumbawa tidak lepas juga dengan peran serta pemerintah misalnya dalam menciptakan peluang kerja dalam bidang pertanian tentunya, dengan iming-iming upah yang tinggi dan tidak kalah dengan sektor-sektor lain. Pemerintah juga harus bisa mengatur regulasi keluar masuknya produk pertanian. Bila tidak diatur regulasinya, barang yang datang dari lombok ,bima dan bali itu lebih murah dibanding produk yang dihasilkan oleh petani sumbawa, yang membuat pemuda, remaja dan parubaya tidak tertarik dengan sektor pertanian. Kalau diatur regulasinya barang masuk dari luar dan dalam daerah sumbawa, maka setiap pasar besar akan memacu ketertarikan dalam memasarkan barang produk pertanian. Kalau tidak begitu, jelas tidak bisa.
Sebab apapun pekerjaan di sektor pertanian itu ujungnya adalah pasar. Karena benefit cos dari usaha pertanian di sumbawa sekarang ini baik itu holtikultura, tanaman pangan dan perkebunan itu adalah 1 : 1 malahan masuk 1 keluar 2 bagaimana petani bisa untung dalam berusaha tani. Pemerintah harus benar-benar bisa memarking barang-barang masuk jangan sampai bebas, tapi walaupun bebas, diusahan produk itu harus berada di sumbawa misalnya gabah, produksi gabah di sumbawa selama 1 tahun bisa mencapai 1 juta ton tapi disaat sekarang (tidak musim panen) begitu kita tanya petani tentang cadangan pangan yang ada di rumahnya? Berapa kg beras saja!! gabahnya 0.0 terus yang 1 juta ton kemana? Jadi kembali ke regulasi bahwa pemerintah harus benar-benar serius menyikapi masalah pertanian di sumbawa. Dan juga dapat menarik investor sebanyak mungkin untuk dapat meningkatkan industri pertanian dari hulu sampai hilir guna memfasilitasi petani-petani sumbawa dalam melakukan usaha taninya. Dan lembaga pendidikan agar dapat berperan aktif dalam mencetuskan manusia-manusia cerdas dan mempunyai minat tinggi dalam bidang pertanian sebagai pengelolah industri tersebut.
Sederhana berfikir, kenapa anak muda sumbawa menjauh dari dunia pertanian? Karena pertanian itu tidak menjanjikan, sementara yang dikatakan pengangguran terselubung yaitu orang yang tidak mau bekerja di sektor pertanian, mereka berpikir tentang kehidupan hari ini bukan lagi kehidupan bulan depan, kalau besok dia tidak bekerja berarti dia tidak makan sementara dunia pertanian tidak bisa demikian butuh waktu 2 bulan sampai 4 bulan. Jadi rentang waktu dari mulai usaha sampai hasil, ini yang menjadi musuh dan bumerang bagi setiap pemuda yang mau berada di dunia pertanian. Tapi banyak pemuda sumbawa yang tidak sadar bahwa semakin dia pergi dari dunia pertanian maka kebutuhan hidup semakin tinggi.
Oleh : Lutfi Ali, SP.
Koordinator Bidang Pertanian
Lembaga Lentera Samawa
Sumber: haqqussamawa
Foto: samawarea
Langganan:
Postingan
(
Atom
)